Profil Desa Gambarsari
Ketahui informasi secara rinci Desa Gambarsari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Gambarsari, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga, sebagai sentra kerajinan anyaman bambu yang melegenda. Mengupas tradisi pembuatan besek dan aneka produk, serta sinergi ekonomi kreatif ini dengan basis pertanian yang kokoh di tengah tantangan zam
-
Sentra Kerajinan Anyaman Bambu
Memiliki identitas kuat sebagai pusat produksi kerajinan anyaman bambu tradisional, khususnya besek (wadah makanan) dan tampah (niru), yang menjadi ciri khas utama desa.
-
Warisan Budaya dan Ekonomi Kreatif
Keterampilan menganyam merupakan warisan budaya tak benda yang diwariskan secara turun-temurun dan menjadi pilar ekonomi kreatif penting bagi ratusan keluarga di desa ini.
-
Tantangan Regenerasi dan Pelestarian
Menghadapi tantangan serius dalam melestarikan kerajinan tradisional di tengah gempuran produk modern berbahan plastik dan memastikan adanya regenerasi perajin di kalangan generasi muda.

Di balik sebuah besek bambu yang sederhana, wadah yang kerap membungkus makanan tradisional dengan nuansa otentik, tersimpan sebuah denyut kehidupan, ekonomi dan warisan budaya dari sebuah desa. Cerita itu mengalir dari Desa Gambarsari, sebuah komunitas di Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga. Desa ini telah lama dikenal sebagai salah satu sentra perajin anyaman bambu yang ulung. Tangan-tangan terampil warganya, yang didominasi oleh para perempuan dan lansia, dengan sabar merajut helai demi helai bilah bambu, menciptakan produk yang tidak hanya fungsional tetapi juga sarat akan nilai-nilai tradisi.
Desa Gambarsari menempati lahan seluas 1,98 kilometer persegi. Menurut data kependudukan per Juni 2025, desa ini menjadi rumah bagi sekitar 3.250 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 1.641 jiwa per kilometer persegi. Di bawah naungan kode pos 53381, Desa Gambarsari berjuang untuk menjaga agar seni anyam warisan leluhur mereka tidak hanya menjadi "gambar" dari masa lalu, tetapi tetap menjadi "sari" kehidupan bagi warganya di masa kini dan mendatang.
Seni Anyam dalam Denyut Kehidupan Sehari-hari
Memasuki perkampungan di Desa Gambarsari, pemandangan yang akan menyambut adalah aktivitas menganyam yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari. Di teras-teras rumah, di bawah rindangnya pepohonan, para ibu dan nenek duduk berkelompok, jari-jemari mereka dengan lincah menari, menyilangkan bilah-bilah bambu tipis (irat) membentuk berbagai produk. Produk utama yang menjadi ikon desa ini adalah besek, wadah anyaman berbentuk kotak yang populer digunakan untuk syukuran, kenduri, atau sebagai kemasan produk makanan seperti getuk dan jenang.
Selain besek, para perajin juga membuat produk lain seperti tampah atau niru (alat untuk menampi beras), cething (bakul nasi), dan berbagai perabot rumah tangga tradisional lainnya. Aktivitas ini merupakan industri rumahan (home industry) murni, di mana setiap rumah bisa menjadi unit produksi. Model kerja ini memberikan fleksibilitas bagi para perempuan untuk tetap produktif secara ekonomi sambil menjalankan peran domestik mereka. Bambu sebagai bahan baku utama biasanya didatangkan dari kebun-kebun lokal atau dari desa sekitar, menciptakan perputaran ekonomi yang lebih luas.
Warisan Leluhur di Persimpangan Zaman
Keterampilan menganyam di Gambarsari bukanlah hasil dari pelatihan formal, melainkan sebuah pengetahuan yang diwariskan secara lisan dan praktik dari generasi ke generasi. Sejak kecil, anak-anak sudah terbiasa melihat orang tua mereka menganyam, dan secara bertahap ikut belajar membuat produk-produk sederhana. Proses transfer pengetahuan inilah yang membuat kerajinan ini mampu bertahan hingga sekarang. Ia bukan sekadar pekerjaan, tetapi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Desa Gambarsari.
Namun di era modern ini, warisan tersebut berada di persimpangan jalan yang genting. Ada beberapa tantangan serius yang dihadapi:
- Persaingan dengan Produk PabrikanKehadiran wadah berbahan plastik yang lebih murah, praktis, dan tahan lama secara perlahan menggerus pasar produk anyaman bambu.
- Masalah RegenerasiMinat generasi muda untuk menjadi perajin anyam semakin menurun. Mereka cenderung lebih tertarik pada pekerjaan di sektor formal atau merantau ke kota besar yang dianggap lebih menjanjikan. Profesi sebagai perajin anyam sering kali dianggap kuno dan tidak memberikan pendapatan yang sepadan dengan kerumitan prosesnya.
- Fluktuasi Harga Bahan BakuKetersediaan dan harga bambu sebagai bahan baku utama juga menjadi faktor penentu keberlangsungan produksi.
"Sekarang susah cari anak muda yang mau belajar nganyam. Lebih suka main HP. Padahal ini kan warisan simbah dulu. Kalau bukan kita yang merawat, siapa lagi?" keluh seorang perajin senior, menyuarakan kekhawatiran banyak perajin lainnya di desa.
Lumbung Padi sebagai Penopang yang Setia
Di tengah tantangan yang dihadapi industri kerajinannya, Desa Gambarsari memiliki pilar ekonomi lain yang kokoh dan setia, yakni sektor pertanian. Sebagai desa yang terletak di dataran rendah Kemangkon yang subur, lahan pertanian di Gambarsari sangat produktif, terutama untuk budidaya padi. Sektor ini menjadi fondasi ekonomi utama dan jaring pengaman bagi banyak keluarga, terutama saat permintaan kerajinan sedang lesu.
Keberadaan sektor pertanian menciptakan model ekonomi ganda di desa ini. Pendapatan dari hasil panen yang bersifat musiman dilengkapi oleh pendapatan dari hasil kerajinan yang bisa dikerjakan setiap hari. Sinergi ini menunjukkan resiliensi dan kearifan masyarakat dalam memanfaatkan semua potensi yang mereka miliki, baik dari lahan sawah maupun dari rumpun bambu di pekarangan.
Tata Kelola Desa: Merawat Tradisi, Menjemput Peluang
Menyadari tantangan pelestarian yang ada, Pemerintah Desa Gambarsari tidak tinggal diam. Berbagai upaya mulai dirintis untuk menjaga agar api di tungku kerajinan ini tidak padam. Beberapa program yang menjadi fokus antara lain:
- Pembentukan Sentra dan KoperasiMendorong para perajin untuk bersatu dalam sebuah kelompok atau koperasi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan posisi tawar mereka, memudahkan dalam pembelian bahan baku secara kolektif, dan membuka akses pemasaran yang lebih terorganisir.
- Inovasi ProdukBekerja sama dengan akademisi atau desainer, pemerintah desa berupaya mendorong adanya inovasi. Misalnya, membuat produk anyaman dengan desain yang lebih modern, atau produk turunan lain seperti kap lampu, hiasan dinding, atau suvenir yang memiliki nilai jual lebih tinggi.
- Promosi dan Pemasaran DigitalMembantu para perajin untuk memanfaatkan platform digital dan media sosial untuk memperkenalkan dan menjual produk mereka ke pasar yang lebih luas, melampaui batas-batas pasar tradisional.
- Menjadikannya Atraksi WisataAda potensi untuk mengembangkan wisata edukasi, di mana pengunjung bisa datang untuk belajar langsung proses menganyam dari para ahlinya.
"Ini adalah harta karun desa kami. Tugas pemerintah desa adalah membantu para perajin agar warisan ini tidak hanya bertahan, tetapi juga bisa berkembang dan menyejahterakan," ujar seorang perwakilan pemerintah desa.
Menganyam Harapan untuk Masa Depan
Desa Gambarsari adalah sebuah panggung di mana pertarungan antara tradisi dan modernitas sedang berlangsung. Di setiap iratan bambu dan silang anyaman yang dibuat oleh para perajinnya, teranyam pula sebuah harapan dan kegigihan untuk bertahan. Kerajinan ini bukan hanya tentang produk, tetapi tentang menjaga identitas, merawat memori, dan meneruskan sebuah kearifan.
Masa depan kerajinan anyam di Gambarsari akan sangat bergantung pada kolaborasi semua pihak. Inovasi produk, strategi pemasaran yang cerdas, dan yang terpenting, tumbuhnya rasa bangga dan minat dari generasi muda menjadi kunci utamanya. Dengan dukungan yang tepat, Desa Gambarsari diharapkan tidak hanya akan terus menganyam besek, tetapi juga menganyam sebuah masa depan di mana tradisi dapat berjalan beriringan dengan kemajuan zaman.